Senin, 25 Juni 2018

Mengapa merasa "Berhak?"

Hai, masih suasana lebaran, mohon maaf lahir dan batin..

Gue mau menceritakan kegundahan gue tentang beberapa hal, yang intinya sama aja, kenapa seseorang berasa ber-hak untuk ini, dan ber-hak untuk itu, bahkan jika hal itu merugikan orang lain. Gue rasa bukan cuma gue yang mengalami hal ini,dan ini blog gue jadi sepertinya gue Ber-Hak menulis ini disini daan gue yakin tulisan gue tidak merugikan siapapun.

Kenapa orang bisa merasa berhak?

Berhak untuk menyerobot antrian, padahal ga urgent-urgent amat, berhak berkata menyakitkan, berhak marah, berhak bertindak kasar, dan hal-hal lain yang pada dasarnya menimbulkan kerugian pada orang lain. Point terakhir itu si yang bikin gue pingin nulis ini. You know, gue juga bukan orang bener yang lurus-lurus aja, gue akui banyak salah, sesuka gue, cuek, tapi itu ga berimbas pada siapapun, jadi aman.

Dari hal kecil aja kaya nyerobot antrian di indomaret, kemaren ada ibu-ibu yang baru dateng ga mau antri dan minta diduluin bayar karena dia beli eskrim sama anaknya. Terus? Maksudnya apa? Kalo ada 10 ibu-ibu beli eskrim dan minta duluan tanpa antri, mending ada kasir khusus untuk ibu-ibu itu. Gue juga pernah beli eskrim, tapi gue ga nyerobot, apalagi ibu-ibu itu alesannya anaknya berisik. Cuma berisik ya, bukan nangis guling-guling atau berantakin barang di Indomaret. Ibu-ibu itu harusnya ngajarin anaknya dari kecil buat antri, bukannya malah jadiin anak itu alasan untuk berhak mengambil hak orang lain. Kesel gue.

Beda cerita kalo dia beli obat, ditungguin anaknya sakit atau siapa ke, yang ungeeeeent banget, atau dia udah antri lama, eh uangnya kurang, harus ke atm dlu, dan balik lagi langsung bayar ke kasir, itu beda ya. Beda.

Dan, yang baru-baru aja gue alamin, gue di kesampingkan buat ngejaga perasaan orang lain yang notabennya lebih dewasa dari gue. Iya gue tau dihidup ini selalu ada yang namanya prioritas, tapi orang yang lu jaga perasaannya itu udah dewasa sekali cuy, cukup umur untuk menerima keadaan dan kenyataan. Masa iya gue harus dikesampingkan terus. Dan kenapa lu merasa berhak melakukan itu?

Mengalah sama anak kecil atau ponakan-ponakan gue si it's okay, walalupun gue ini kaka sepupu yang idealis dan no drama ke mereka. Dari kecil gue udah ajarin apa itu kejujuran, keterbukaan sama sodara-sodara gue. Gue menanamkan rasa tanggung jawab ke mereka, gue selalu bicara apa adanya, ga ada menutupi biar si A bahagia dan si B di korbankan. Ga ada. Bisa tanya ke keluarga besar gue, gimana sikap gue ke ade-ade apalagi orang yang lebih tua dari gue.

Jaga perasaan si boleh, tapi kalo apa yng lu lakuin menyakiti perasaan orang lain apa ga useless? Orang itu bakal inget terus sama apa yang lo lakuin, kaya gue sekarang. Haha, lucu sekali. Gue sering banget dapet omongan "Dasar orang Medan!", "Orang Medan Keras!", dan banyak lah ucapan2 rasis dikarenakan ada nama Nasution di belakang nama gue. But, honestly, untuk jahat sama orang, untuk menyakiti orang, untuk ga tau diri sama orang, ga harus jadi orang Medan, semua suku sama aja, entah lu Jawa, Sunda, Bugis, Medan kaya gue, jahat ya jahat aja. Jangan bawa-bawa RAS.

Karena pada kenyataannya yang gue alami, hal-hal buruk bukan hanya dilakukan oleh ras tertentu saja, tapi oleh oknum yang memiliki kepribadian minus. Orang-orang dengan ras superior juga ga menutup kemungkinan untuk menyakiti orang lain dengan perkataan dan perbuatannya, tapi mereka juga banyak yang baik. Itu fakta.

Jangan merasa ber-Hak menjadi Tuhan untuk orang lain!

0 komentar:

Posting Komentar